Banyak peristiwa penting yang terjadi di Bulan Muharram, salah satunya kisah Nabi Musa melawan Fir’aun dan bala tentaranya. Meski begitu, beberapa di antara kita tentu ada yang belum mengetahui dengan rinci mengenai peristiwa atau kisah Nabi Musa, sebagai salah satu momentum penting tersebut.
Sebagai muslim, tentu kita tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Karena sejarah Islam tidak hanya dianggap sebagai catatan masa lalu, tetapi juga sebagai sumber hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil. Sobat Wakaf pasti tertarik dengan bahasan tersebut kan? Lalu, bagaimana sih, kisah Nabi Musa dan kaumnya bisa selamat dari kejaran Fir’aun? Yuk simak kisahnya di bawah ini!
Daftar Isi
Kelahiran dan Kisah Nabi Musa Kecil
Kita semua tahu bahwa kisah Nabi Musa diawali dengan kegelisahan seorang Fir’aun kala dia bermimpi. Pada suatu waktu, Fir’aun bermimpi melihat ada seorang anak laki-laki dari kalangan Bani Israil menghancurkan benteng kekuasaannya, yang selama ini telah ia bangun begitu rupa dengan segala kekuatan.
Kemudian, mimpi itu membuat Fir’aun gelisah sehingga ia mengeluarkan perintah kepada pasukannya untuk menghabisi dan membunuh seluruh anak laki-laki Bani Israil yang lahir pada tahun itu.
Pasukan Fir’aun disebar secara menyeluruh, mereka mendata dan melakukan sensus bayi laki-laki yang diperkirakan akan hadir atau lahir pada tahun itu. Qadarullah, Allah perintahkan kepada Ibunda dari Nabi Musa untuk menghanyutkan bayi Musa yang baru lahir di aliran sungai, lalu diarahkannya Musa kecil atas izin Allah dan ditemukan oleh permaisuri Fir’aun.
Permaisuri Fir’aun langsung jatuh cinta ketika melihat bayi Musa, sebab mereka sampai saat itu belum juga memiliki keturunan. Maka permaisuri membawanya ke istana dan memperlihatkan pada suaminya, yaitu Fir’aun. Ia membujuk Fir’aun agar menjadikan anak bayi itu sebagai anak angkat mereka.
Allah menggiring bayi kecil musa langsung masuk, tepat di jantung kekuasaan Fir’aun dan dijadikan sebagai anak asuh yang dirawat oleh permaisurinya. Bahkan Ibunda Nabi Musa dihadirkan untuk menyusui serta merawat Nabi Musa di tempat teraman di Mesir saat itu, yakni Istana Fir’aun. Begitulah kuasa Nya, ketika Allah menghendaki sesuatu, maka sehebat apapun tipu daya muslihat rencana manusia untuk mencegah itu, tidak akan mungkin bisa mencegahnya.
Baca Juga: 5 Keutamaan Puasa di Bulan Muharram
Mukjizat Nabi Musa di hadapan Fir’aun
Nabi Musa tumbuh menjadi seorang pemuda yang dewasa. Ketika itulah, Allah menurunkan wahyu untuk disampaikan kepada Fir’aun. Lalu, Fir’aun menantang Musa untuk menunjukkan tanda-tanda kenabiannya. Dengan izin Allah, Nabi Musa membuktikan kenabiannya dengan mukjizat, seperti tongkat yang berubah menjadi ular dan tangannya yang bercahaya terang.
Namun, Fir’aun mendustakan dan menolak dengan dakwah yang diberikan oleh Nabi Musa, seperti firman Allah yang berbunyi dalam surah an-Naziat ayat 21: “Tetapi dia (Fir‘aun) mendustakan dan mendurhakai.”
Di tengah kumpulan rakyat serta pengikutnya, orang-orang beriman. Nabi Musa berseru dengan lantang, “Akulah Tuhan kalian yang tinggi! Lihat betapa bodohnya seorang manusia bernama Fir’aun, ketika menyampaikan bahwa dia adalah Rabb, dia adalah pencipta, dia adalah penguasa seluruh alam semesta ini.”
Usaha dakwah Nabi Musa tidak sampai disitu, karena Fir’aun tetap berpaling dan malah menganggap Nabi Musa sebagai penyihir. Maka, Fir’aun memanggil para penyihir terbaik di kerajaannya untuk menghadapi Nabi Musa. Suatu hari, di hadapan seluruh rakyat Fir’aun dan pengikut Nabi Musa, para penyihir melemparkan tongkat-tongkat mereka yang kemudian berubah menjadi ular-ular kecil.
Nabi Musa kemudian melemparkan tongkatnya yang berubah menjadi ular besar dan menelan semua ular-ular penyihir tersebut. Menyaksikan mukjizat ini, para penyihir menyadari bahwa Nabi Musa bukalah penyihir biasa melainkan utusan Allah. Mereka pun bersujud pada Allah seraya berkata, “…Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, (yaitu) Tuhan Musa dan Harun.” (Asy-Syu’ara: 47-48)
“Fir’aun berkata: “Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatanmu); sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya”. (Asy-Syu’ara: 49)
Fir’aun sangat geram dan mengancam akan memberi hukuman kepada penyihir yang telah beriman kepada Allah. Namun, para penyihir tetap teguh pada iman mereka.
Peristiwa Pembelahan Laut Merah
Kisah Nabi Musa pun berlanjut. Seperti yang diceritakan, Fir’aun murka dan akan menggunakan kekuatan militernya untuk segera melenyapkan Nabi Musa dan para pengikutnya. Pada malam hari, Nabi Musa membawa seluruh pengikutnya untuk menyelamatkan diri sesuai dengan perintah Allah. Ia membawa kaumnya ke tepi bagian laut merah, dan sesampainya di sana mereka belum tahu apa yang harus dilakukan.
Allah menguji keimanan dan keteguhan Nabi Musa ‘alahissalam. Ketika matahari terbit, Fir’aun dan bala tentaranya pergi mengejar Nabi Musa. Berkatalah pengikut-pengikut Nabi Musa, “Sesungguhnya kita benar-benar akan terkejar oleh pasukan Firaun, kita tidak akan mampu menghadapi mereka, karena kita tidak mempunyai kekuatan.”
Lalu, Nabi Musa menjawab dengan mantap, “Kita tidak akan tersusul oleh mereka, karena pertolongan-Nya selalu menyertaiku. Kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku, yaitu jalan yang menuju keselamatan.”
Allah Ta’ala berfirman, “Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu,” maka terbelah-lah lautan itu dan tiap-tiap belahan seperti gunung yang besar.” (asy-Syu’ara’: 63)
Terbelahlah lautan itu ketika Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke laut. Laut merah terbelah menjadi 12 jalan, belahannya seperti gunung yang besar. Di antara 12 belahan, ada dua jalan kering yang dilalui oleh Nabi Musa dan kaumnya.
Baca Juga: Setara Satu Tahun Sedekah, Inilah Keutamaan Sedekah di Bulan Muharram
Nabi Musa bersama umatnya melintasi laut merah yang terbelah. Pasukan yang dipimpin sendiri oleh Fir’aun pun ikut masuk ke dalam laut. Namun, ketika berada ditengah-tengah, Allah memerintahkan laut untuk kembali seperti semula.
Air laut menutup dan menenggelamkan Fir’aun beserta seluruh pasukannya. Pada saat-saat terakhir sebelum tenggelam, Fir’aun menyadari kebesaran Allah dan mengakui keesaan-Nya. Namun, pengakuan ini datang terlambat dan ia tidak dapat diselamatkan. Fir’aun pun tenggelam bersama pasukannya di Laut Merah.
Sebagaimana Firman Allah yang berbunyi:
إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةً ۖ وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ
Artinya: “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman.” (asy-Syu’ara: 67)
Sobat Wakaf, kita tahu bahwa setiap kisah para Nabi dan Rasul adalah teladan dan contoh untuk umat muslim dalam melakukan kegiatan sehari-hari, seperti kisah Nabi Musa yang sudah kita bahas tadi. Ditenggelamkannya Fir’aun menjadi sebuah tanda pedihnya azab Allah dan sebagai pelajaran untuk kita agar tidak menyekutukan-Nya.
Penyelamatan yang Allah berikan pada Nabi Musa beserta kaumnya, menjadi momentum yang besar di bulan Muharram. Sebagai wujud syukurnya kepada Allah, Nabi Musa berpuasa pada hari tersebut dan kita kenal dengan nama puasa Asyura.
Selain berpuasa, bentuk tanda syukur kepada Allah itu bisa dengan bersedekah. Sesungguhnya, sedekah tidak akan membuat kita miskin, namun sebaliknya, menghadirkan keberkahan rezeki. Dan juga, Allah menyukai orang-orang yang bersedekah dengan istiqomah. Sedekah bisa pula dilakukan di segala waktu, terlebih di Bulan Muharram.
Bahkan, pahala bersedekah di bulan mulia seperti Muharram akan dilipatgandakan, loh. Jadi, tunggu apa lagi, mari berlomba-lomba dalam kebaikan dengan bersedekah Bulan Muharram di Wakaf Salman. Klik tombol di bawah, ya!